I grew up in this town, my poetry was born between the hill and the river, it took its voice from the rain, and like the timber, it steeped itself in the forests. -Pablo Neruda

Senin, 10 Desember 2012

Guru Besar Bernama Kaca

Kamu mengetahui apa yang paling membuatku takjub? Semua benda padat yang berbahan kaca...kenapa? Biar kujelaskan dengan perantara perhitungan dasar.
Ini ada kaca sembilan belas banyaknya. Sengaja dipecahkan satu hingga berkeping-keping...jumlah kaca setelahnya adalah empat puluh delapan; delapan belas kaca utuh dan tiga puluh keping pecahan kaca.
Meskipun benda padat yang berbahan kaca itu pecah, tetap sebutan untuk tiga puluh lainnya adalah kaca, bukan apapun yang bisa menggantikan kata kaca disana. Iya jika kaca membuatku merasa ada benda sepertinya yang mendekati sempurna.
Aku belajar dari kaca...saat sejatuh apapun diriku, tetap akulah aku, bukan orang lain yang diubah-ubah seperti yang lingkungan mau.
Kaca disusun dari beberapa senyawa kimia kristal yang mengagumkan, mungkin ilmiah mengenalnya sebagai silica. Dari berbagai senyawa kimia indah itu, jadilah sesuatu yang sangat berguna dan menakjubkan...iya, dia kaca yang mebuatku merasa ada benda yang mendekati sempurna.
Dan aku belajar dari kaca...hidupku disusun dari beberapa peristiwa indah yang tidak bisa dilupakan dalam jejak sejarah dan buku riwayat di alam nyata sana.
Ah, sudah kubilang bahwa kaca memiliki banyak guna...

Kaca


Ada pepatah bilang...bercerminlah sebelum berbicara...sangat pintar dan jenius si penciptanya!
Cermin terbuat dari kaca sehingga bisa memantulkan apa yang tidak bisa kita lihat dengan mata kepala kita sendiri, seperti wajah kita sendiri; atau apa yang tidak bisa dijangkau oleh kedua mata kepala kita sendiri, seperti tubuh bagian belakang kita.
Yaa...kaca telah mengajarkanku banyak hal yang sempurna untuk dipikirkan...kalau ada gelar Guru Besar yang dapat aku berikan pada seseorang...aku tidak memberikannya pada seseorang, tapi guru besar itu adalah semua hal yang aku lihat dan aku pikirkan, salah satunya adalah kaca...

Doa Sang Penyerah

Sebenarnya hanya ada satu hal yang bisa dikatakan sempurna, dialah Tuhan Yang Maha Sempurna. Tapi, apa yang aku bayangkan antara Tuhan dan imajinasi adalah pesan berantai yang disampaikan dengan upaya yang bergelimang pengorbanan tata cara. Dunia ini diciptakan oleh Tuhan dengan imajinasi-Nya sebagai Yang Maha Berimajinasi; juga segala isinya, termasuk penciptaan aku, kamu dan kalian semua. Imajinasi adalah apa yang direalisasikan oleh cipta, rasa dan karsa suatu otak; dan Yang Maha Berotak adalah dirimu, Tuhan. Kita bisa mengatakan kalau Tuhan itu tidak ada, agama itu tidak berguna; tapi aku mengatakan bahwa tanpa suatu yang sempurna tak ada diri kita dan tanpa suatu pedoman yang sempurna tak ada akal kita. Jadi pertanyaanku, dimana otak kalian yang katanya kalian gunakan untuk berpikir dan mencari eksistensi Tuhan?

Tuhan Yang Maha Segala-galanya, dunia terlalu buruk untuk kutempati lagi. Ada banyak orang yang meragukan keberadaan-Mu, meragukan semua kekuasaan-Mu atas dunia; bahkan sebagian kecil otak tololku ini berkata juga demikian seperti mereka. Tuhan Yang Maha Sempurna...aku tidak ingin sesempurna diri-Mu, tapi tolong aku untuk selalu berada di jalan yang kamu sempurnakan itu. Tidak ada kata yang bisa aku ucapkan selain Tiada Tuhan Selain-Mu...tiada agama selain agama-Mu.

Aku hanya bisa berserah diri pada-Mu...aku hanya seorang penyerah, tidak punya angan-angan, selain dekat dengan-Mu...dengan Tuhan Yang Maha Sempurna...

-Doa Sang Penyerah-

Jumat, 23 November 2012

03.00 A.M.

Berantakan tak karuan isi kepala ini, sungguh...analisa, teori, praktis, entah apa lagi yang aku pikirkan pada jam itu. Tapi, ini sudah jam tiga pagi...apa masih bisa terselip wajahmu di antara kekacauan ini? Yaa...ternyata masih bisa. Bercakap diantara sela-sela kegusaran akan batas...menenangkan meski tak menyembuhkan. Denting piano berulah bersama gesekan viola, aku jadi mengantuk di tengahnya. Haruskah aku tidur di jam ini?

Tidak, masih ada ribuan kata lagi yang harus kutuliskan di atas tinta putih dan kertas hitam. Aku tidak boleh tidur di jam tiga pagi; riskan dan sarat kealpaan. Kantuk pun jadi beradu campur...aku rasa, jantung makin berdebar-debar dan senyumku di cermin mengembang seram. Ini sudah jam tiga pagi, orang gila! Siapa pun tidak ada yang bercermin sambil senyum seorang diri dan...kembali pada pernyataan, bahwa ini sudah jam tiga pagi, orang gila! Aku pikir, sangat tidak tepat untuk melakukan senam wajah di pagi buta itu. Aku rasa juga, rasa kantukku dapat terlihat jelas dari sayup kedipan mataku. Senangnya...ini sudah jam tiga pagi dan masih ada lima sampai enam jam lagi untuk bertemu wajahmu...aku sebut kau dengan sebutan...."Yang-Dipikirkan" atau dalam bahasa inggris, sebutan untukmu adalah The Considered...dan itulah mengapa wajahmu masih bisa terselip diantara keringat peluh di dalam pori-pori isi kepala, karena hal itu menyenangkan di saat kau masih terbangun jam tiga pagi, suatu saat nanti.

-The End-

Minggu, 21 Oktober 2012

Happy Time

Khayalan selalu lebih menyenangkan daripada kenyataan, tapi apa yang aku rasakan sebaliknya; kenyataan ini lebih menyenangkan dibandingkan khayalan. Mari kukatakan kalau apa yang terjadi di kafe unik itu lebih menyenangkan dari apa yang dikhayalkan.

Sembari bercanda, semburat senyumnya. Manis, seperti melihat semut menempel pada kayu manis. Yaa...suaranya juga lembut terdengar seperti angin membelai gendang telinga. Apapun yang dilakukannya, terlihat seperti potongan adegan film cinta yang sedang diputar; menyenangkan dan romantis.

Ini cuma 5 menit pertama bertemu dengannya, tapi aku sudah gila. Banyak khayalan memangku di otak-otak terduduk. Sesekali kugumamkan senandung senang di dalam alam pikirku; aah...menyenangkannya tidak sebanding dengan apa yang terjadi. Ini sungguh 5 menit yang menyenangkan; meskipun sebenarnya tak ada kata yang sempat kulontarkan, selain "Iya.".

Aku rasa, yaa...inilah waktu yang menyenangkan. Bertemu denganmu, itu sangat menyenangkan...

Boleh aku ulangi kembali?

-Subala Subulu-

Kamis, 13 September 2012

Menunggu Hujan Mereda

Sepetak kamar itu isinya cuma kasur dan almari
Terpaku, hanya langit itu yang aku pandangi
Mengapa sulit menemukan banyak arti di tempat ini?

Prolog yang didengungkan alunan biola, hah...itu cuma khayalan
Tidak ada suara selain desis cakaran jemariku di lantai
Aku penat disini...mengapa membosankan?

Alone in The Rain by Link05


Di luar kamar, hujan turun deras
Langit luar masih siang tapi sudah gelap
Terjebak di petak tak berisi...
Aku sendirian tak ada arti
Apa yang bisa kulakukan disini?

Kuhitung dari angka 1, 2, 3 sampai ke-19...ah, masih sama membosankannya!
Aku memetik dawai demi dawai, senar demi senar...
Mulai dari staccat sampai tak bernada, aku tabuh genderang di samping dawai
Yang kuciptakan musik tak ada kualitas,
Ini kesenangan semu, aku masih bosan...
Sendirian menanti hujan mereda....aku tak tahu apa lagi yang harus kulakukan,
Untuk menghabiskan waktuku saja aku tidak bisa...
Banyak arti yang terbuang sia-sia disini

Aku bosan dan sendirian; menunggu hujan di luar mereda...

-Subala Subulu Beginning-

Kamis, 06 September 2012

Selamat Malam

Kalau boleh aku bilang,dunia ini tenggelam ketika cakrawala berbanding terbalik dengan matahari
Tenggelam adalah arti kata kegelapan dan malam adalah nama yang sepadu dengan kegelapan
Senandung berbunyi solmisasi seolah menghantarkan setiap mata masuk kedalaman yang pekat dan gelap
Sekarang yang aku lihat dari dunia di malam hari adalah bentuk kesedihan...
Tidak ada yang menyedihkan jika dunia tidak tenggelam
Tidak ada yang menyedihkan jika siang terus bertumpu pada cahaya
Tapi, apa daya semuanya harus terjadi

Starry Night Over the Rhone by Van Gogh

Sekarang, hitunglah 1...2...dan 3...POOF!!
Selamat malam dunia...selamat malam apapun yang kamu hantarkan ke surga
Mimpilah dengan semestinya...selamat malam...

Minggu, 12 Agustus 2012

Mata Berkaca

Mata berkaca-kaca...
Banyak yang telah disaksikan, entah itu baik; buruk pun entah lah
Hujan pun kunjung berhenti mengalir
Sakit memang, tidak ada air mengalir di atas kepala

Ketahui bahwasanya sendu berakhir liar di dalam kepala
Kelak kamu akan mengetahuinya...
Sembunyi datang duduk tengkurap
Aaah...semua semakin liar dan binal
Fisik adalah imajinasi; pikiran adalah fakta yang tertutup selaput
Yaa...semua berakhir dengan tidak jelas




Mata berkaca-kaca...
Hujan hanya utopia saat ini
Pelan-pelan...sepertinya ada yang salah dengan kata-kata
Sedu-sedan, tolong!
Hargai lah apa yang telah diberikan...
Hujan, sampaikan lah apa yang ingin kamu sampaikan...
Suara ini semakin berisik namun mulai berbisik
Kendati pun mata berkaca-kaca...
Hujan sepertinya tetap fatamorgana; utopia berkelanjutan...
Yaa...utopia berkelanjutan...


-Rainless 04-

Senin, 05 Maret 2012

Tears and Rain





Aku menambahkan gula pada tehku...
rasa manis cukup membakar di lidah,
tapi yang aku suka adalah memandangi langit mendung yang begitu memesona
memanjakan mata dan lidah dengan dua hal yang kusuka.
Kembali mendung itu menjadi satu-satunya hal yang sangat kusukai di tengah pancaroba
Aku menimbul-tenggelamkan wajah itu dalam bayangan isi kepala
Hujan...janganlah datang lebih dulu sebelum aku mengetahui mendungmu berarti untuknya
Doaku sesederhana itu...

 Tapi, kenyataannya sulit berkembang...
Aku butuh gula lebih banyak setelah menggaramkan kepala dalam rasa pahit
Penat rasanya harus bergumul dengan perasaan,
aku harus mengungkapkan...


Riuh gelak tawa tetesan hujan di atas atap seng
bisakah hujan jangan datang lebih dulu?
Aku belum mengetahui bahwa mendungmu berarti untuknya...
Karena mungkin saja, dia sakit...serasa-rasanya sakit.

Aku makin butuh gula lebih banyak dalam tehku yang mulai pahit lagi
tetesan air mata tidak kunjung terakomodir oleh lubuk mata
Sanubari menyatakan kembali pada kenyataan
Bahwasanya hujan masih belum juga datang...
Dan wajahmu masih timbul-muram di kepala...

Selasa, 28 Februari 2012

After 14 February



Kemarin tertanggal 15 Februari
satu hari setelah kasih sayang menyapa dan berakhir tanpa kata-kata
Menyenangkan bisa melihat kamu berjalan tanpa sapa
Terlalu jauh kata yang agung untuk kubawa
Melihatmu hanya bisa dengan tawa...

Hujan pun tak turun tanggal itu
Membawaku kembali ke arah yang sendu
Ditambah...semua mata tak setuju
Menganggap rendah semua yang kulakukan
tak terkecuali,
apa yang kuinginkan!



-Rainless 03-

Selasa, 14 Februari 2012

Actually, We're in Raining...

Hari ini hujan akhirnya turun...
Doaku dikabulkan...
Senangnya saat melihat tetesan air menjatuhkan diri di haribaan bumi
Setiap yang jatuh ke permukaan daun, seperti melihat proses pengembunan...

Gelap hari ini,
Mendung pukul 10 pagi hari...
Aku suka sekali...sangat suka...
Hujan yang turun di awal pagi...
Seolah mewarnai langit dengan kekelaman...

Tenangnya mata ini memandang lewat jendela kamar
Menopang dagu dengan kedua lengan bertumpu pada bibir jendela

Hujan...hujan...
Aku ingat denting piano
Berpadu padan dengan alunan lembut seruan para biola
Hujan...hujan...
Aku ingin melihatmu membasahi pepohonan
Menaburi tanah dengan ketukan birama
Hujan...hujan...
Aku tuangkan semua amarahku padamu
Meredakan egoku dan menyentuh ketakutan terbesarku

Aku berbalik badan...
Melihat hujan lewat cermin besar...
Pikirku, ini cuma belaka
Padahal aku nyata
Hujan di luar sana adalah fatamorgana

Ah, hujan...
Beri semua yang kau punya di atas bumi ini...
Aku menganggapmu anugerah terindah yang diklasifikasikan
Bentuk keagungan dan kesombongan-Mu, Tuhan.


Masih terduduk membelakangi jendela...
Aku bisa melihat tetesan air jatuh seperti air mata kering
Pelan dan berbulir besar
Hujan...
Aku bersama pemandangan gelapmu...
Hujan...hujan...hujan...



-Rainless 02-

Rainless

RAINDROPS


Ketika hujan mulai jarang menyentuh permukaan tanah,
yang bisa kulakukan hanyalah duduk menunggu...
Tak pernah sekalipun kupalingkan wajah dari langit cerah tak mendung.

Ingin sekali aku bendung semua terang yang ada di langit
Ingin kugantikan dengan awan mendung yang bergumul dengan kristal air

Aku senang sekali dengan hujan...
memberikan arti yang begitu mendalam
membalikkan waktu yang sengaja dipendam
menuntunku ke arah surga yang tak pernah kuselam

Sempatkan waktuku memandangi langit dari daun jendela kamar...
berbekas dengan guratan siku di pelipis besi rangka jendela
Menopang dagu tampaknya sangat menyejukkan
tapi, aku tak suka terang benderang...

Kunanti hujan yang tak kunjung menaburi siang panas dan terang
Aku senang sekali dengan hujan...
memberikan pemandangan yang tak pernah kubuang
membayangkan diri bermain di bawah hujan yang tak bisa terbayang
mengetuk pintu hati seseorang yang masih saja menghilang

Sekarang sore...malam pun hujan tak kunjung datang...
Tidak ada hujan hari itu...dan hari berikutnya...
Yang bisa kulakukan hanyalah menunggu...
Menunggu hujan...hujan...hujan...

Lima belas menit lagi aku tunggu hujan...
sebelum aku berangkat meninggalkan jendela kamar...
sebelum semuanya akan kusesali...
aku tidak membawa payung karena menunggu kabar darimu, hujan...
aku menyukaimu...
sangat menyukai apa yang kamu tampilkan di mataku.
Sungguh...Aku menyukaimu, hujan...


-Rainless 01-

Senin, 13 Februari 2012

"N"




Sebuah catatan berakhir pada huruf N. Tidak terkecuali diawali N. Lingkaran pun bertitik pusat pada huruf N.
Bosan, tentunya memikirkan huruf N yang muncul tiap saat...
Aku lesu sungguh. Ingin tidur.
Tapi huruf N terus mengganggu pikiran.
Lihat saja tarian nikmat, seperti menyaksikan binatang liar berdansa.
Keluar masuk...ah, dunia sudah terbalik.
Tak sedikit pun ada kebenaran itu muncul di sisi terang.
N, huruf membingungkan...
Keterlaluan jika memang tidak terpecahkan, tapi sungguh aku lemas.
Istirahat kata tabu sepertinya.
Benarkah ada sesuatu di balik semua kata seperti maksud sebuah puisi?
Mesum, pikiran ini terlalu menjorok ke arah negatif.
Sejujurnya...ini bukan sekedar cerita...tapi ungkapan.
Huruf N adalah kata untukku...
Sesuatu yang berharga dan terus kulindungi entah sampai kapan aku menyebutnya, memanggilnya dan menganggukan kepala di hadapannya.
Tidak pernah...jangan pernah...tapi aku pernah.
Huruf N...ini petunjuk.


-Surat Berangka Huruf-