I grew up in this town, my poetry was born between the hill and the river, it took its voice from the rain, and like the timber, it steeped itself in the forests. -Pablo Neruda

Selasa, 28 Februari 2012

After 14 February



Kemarin tertanggal 15 Februari
satu hari setelah kasih sayang menyapa dan berakhir tanpa kata-kata
Menyenangkan bisa melihat kamu berjalan tanpa sapa
Terlalu jauh kata yang agung untuk kubawa
Melihatmu hanya bisa dengan tawa...

Hujan pun tak turun tanggal itu
Membawaku kembali ke arah yang sendu
Ditambah...semua mata tak setuju
Menganggap rendah semua yang kulakukan
tak terkecuali,
apa yang kuinginkan!



-Rainless 03-

Selasa, 14 Februari 2012

Actually, We're in Raining...

Hari ini hujan akhirnya turun...
Doaku dikabulkan...
Senangnya saat melihat tetesan air menjatuhkan diri di haribaan bumi
Setiap yang jatuh ke permukaan daun, seperti melihat proses pengembunan...

Gelap hari ini,
Mendung pukul 10 pagi hari...
Aku suka sekali...sangat suka...
Hujan yang turun di awal pagi...
Seolah mewarnai langit dengan kekelaman...

Tenangnya mata ini memandang lewat jendela kamar
Menopang dagu dengan kedua lengan bertumpu pada bibir jendela

Hujan...hujan...
Aku ingat denting piano
Berpadu padan dengan alunan lembut seruan para biola
Hujan...hujan...
Aku ingin melihatmu membasahi pepohonan
Menaburi tanah dengan ketukan birama
Hujan...hujan...
Aku tuangkan semua amarahku padamu
Meredakan egoku dan menyentuh ketakutan terbesarku

Aku berbalik badan...
Melihat hujan lewat cermin besar...
Pikirku, ini cuma belaka
Padahal aku nyata
Hujan di luar sana adalah fatamorgana

Ah, hujan...
Beri semua yang kau punya di atas bumi ini...
Aku menganggapmu anugerah terindah yang diklasifikasikan
Bentuk keagungan dan kesombongan-Mu, Tuhan.


Masih terduduk membelakangi jendela...
Aku bisa melihat tetesan air jatuh seperti air mata kering
Pelan dan berbulir besar
Hujan...
Aku bersama pemandangan gelapmu...
Hujan...hujan...hujan...



-Rainless 02-

Rainless

RAINDROPS


Ketika hujan mulai jarang menyentuh permukaan tanah,
yang bisa kulakukan hanyalah duduk menunggu...
Tak pernah sekalipun kupalingkan wajah dari langit cerah tak mendung.

Ingin sekali aku bendung semua terang yang ada di langit
Ingin kugantikan dengan awan mendung yang bergumul dengan kristal air

Aku senang sekali dengan hujan...
memberikan arti yang begitu mendalam
membalikkan waktu yang sengaja dipendam
menuntunku ke arah surga yang tak pernah kuselam

Sempatkan waktuku memandangi langit dari daun jendela kamar...
berbekas dengan guratan siku di pelipis besi rangka jendela
Menopang dagu tampaknya sangat menyejukkan
tapi, aku tak suka terang benderang...

Kunanti hujan yang tak kunjung menaburi siang panas dan terang
Aku senang sekali dengan hujan...
memberikan pemandangan yang tak pernah kubuang
membayangkan diri bermain di bawah hujan yang tak bisa terbayang
mengetuk pintu hati seseorang yang masih saja menghilang

Sekarang sore...malam pun hujan tak kunjung datang...
Tidak ada hujan hari itu...dan hari berikutnya...
Yang bisa kulakukan hanyalah menunggu...
Menunggu hujan...hujan...hujan...

Lima belas menit lagi aku tunggu hujan...
sebelum aku berangkat meninggalkan jendela kamar...
sebelum semuanya akan kusesali...
aku tidak membawa payung karena menunggu kabar darimu, hujan...
aku menyukaimu...
sangat menyukai apa yang kamu tampilkan di mataku.
Sungguh...Aku menyukaimu, hujan...


-Rainless 01-

Senin, 13 Februari 2012

"N"




Sebuah catatan berakhir pada huruf N. Tidak terkecuali diawali N. Lingkaran pun bertitik pusat pada huruf N.
Bosan, tentunya memikirkan huruf N yang muncul tiap saat...
Aku lesu sungguh. Ingin tidur.
Tapi huruf N terus mengganggu pikiran.
Lihat saja tarian nikmat, seperti menyaksikan binatang liar berdansa.
Keluar masuk...ah, dunia sudah terbalik.
Tak sedikit pun ada kebenaran itu muncul di sisi terang.
N, huruf membingungkan...
Keterlaluan jika memang tidak terpecahkan, tapi sungguh aku lemas.
Istirahat kata tabu sepertinya.
Benarkah ada sesuatu di balik semua kata seperti maksud sebuah puisi?
Mesum, pikiran ini terlalu menjorok ke arah negatif.
Sejujurnya...ini bukan sekedar cerita...tapi ungkapan.
Huruf N adalah kata untukku...
Sesuatu yang berharga dan terus kulindungi entah sampai kapan aku menyebutnya, memanggilnya dan menganggukan kepala di hadapannya.
Tidak pernah...jangan pernah...tapi aku pernah.
Huruf N...ini petunjuk.


-Surat Berangka Huruf-