I grew up in this town, my poetry was born between the hill and the river, it took its voice from the rain, and like the timber, it steeped itself in the forests. -Pablo Neruda

Senin, 05 Maret 2012

Tears and Rain





Aku menambahkan gula pada tehku...
rasa manis cukup membakar di lidah,
tapi yang aku suka adalah memandangi langit mendung yang begitu memesona
memanjakan mata dan lidah dengan dua hal yang kusuka.
Kembali mendung itu menjadi satu-satunya hal yang sangat kusukai di tengah pancaroba
Aku menimbul-tenggelamkan wajah itu dalam bayangan isi kepala
Hujan...janganlah datang lebih dulu sebelum aku mengetahui mendungmu berarti untuknya
Doaku sesederhana itu...

 Tapi, kenyataannya sulit berkembang...
Aku butuh gula lebih banyak setelah menggaramkan kepala dalam rasa pahit
Penat rasanya harus bergumul dengan perasaan,
aku harus mengungkapkan...


Riuh gelak tawa tetesan hujan di atas atap seng
bisakah hujan jangan datang lebih dulu?
Aku belum mengetahui bahwa mendungmu berarti untuknya...
Karena mungkin saja, dia sakit...serasa-rasanya sakit.

Aku makin butuh gula lebih banyak dalam tehku yang mulai pahit lagi
tetesan air mata tidak kunjung terakomodir oleh lubuk mata
Sanubari menyatakan kembali pada kenyataan
Bahwasanya hujan masih belum juga datang...
Dan wajahmu masih timbul-muram di kepala...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar