I grew up in this town, my poetry was born between the hill and the river, it took its voice from the rain, and like the timber, it steeped itself in the forests. -Pablo Neruda

Minggu, 06 November 2011

Conceited

Ada waktunya kita bangga dengan keluarga..
ada kalanya kita terlalu bangga dengan teman-teman..
Bahkan ada saatnya kita lebih sombong daripada Tuhan..

Ketika semua hal yang dimiliki hilang, barulah kita menyadari bahwa kebanggaan dan kesombongan itu sia-sia..
Di atas langit, masih ada langit..di bawah tanah, masih ada tanah..
Kenapa harus ada rasa sombong? Rasa bangga?
Perlu pun sejujurnya aku tidak, entah dengan kalian..
Sombong dan bangga hanya membuatku lebih terjerumus ke arah kenistaan..
Mungkin beberapa orang menyatakan kesombongan itu penting untuk menambah kepercayaan diri kita,
tapi aku tidak berpendapat demikian..
Bagiku sombong dan bangga adalah dua perasaan yang paling rendah sehingga aku menciptakan rumus bahwa :
[Rendahnya derajat manusia = Sombong + kebanggaan]


Tapi, sombong dan bangga tidak akan pernah bisa lepas dari setiap manusia..hal itu melekat dan sifat alamiah dari manusia itu sendiri. Meskipun aku tidak menginginkan adanya kedua rasa hina ini, aku tidak bisa menampik sifat alamiku tersebut..
Karena sampai detik ini pun, aku masih sombong dan bangga terhadap dua hal, yaitu :
  1. Sombong dan bangga menjadi diriku sendiri, bukan orang-orang yang kurang beruntung dan bertebaran dimana-mana; dan
  2. Sombong dan bangga di hadapan Tuhan, karena merasa aku tidak memerlukan-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar