I grew up in this town, my poetry was born between the hill and the river, it took its voice from the rain, and like the timber, it steeped itself in the forests. -Pablo Neruda

Minggu, 19 Desember 2010

Priority

Setengah menit, diberikan waktu padamu, hai berandal.
-bukan waktu yang sebentar buat memutuskan mana sebuah prioritas-

Hebatnya, kamu masih bisa tertawa riang dengan semburat simpul melesung pipit tak mengakomodasi kesulitanmu memilih. Kamu juga masih bisa menoleh bebas ke kanan; ke kiri, seolah-olah hidupmu tak bermasalah atau dipenuhi beban.

Temanmu di pikiran dan hatimu bilang, "Sebenarnya hanya permasalahan prioritas yang untukmu sekarang!". Sepatutnya, kalau ada prioritas yang kamu fokuskan, pada itu pula, kamu seyogyanya berfokus.

Anehnya, kamu menggelengkan kepala. Merasa bahwa itu bukan dirimu. Kamu yang selama ini bersantai di tepi ujung kehidupan, mengartikan hidup adalah untaian kata-kata, memetik gitar tanpa nada mayor, dan menjadikan stigma orang terhadapmu adalah sebuah kesantaian dalam bentuk konkrit -memang kamulah itu-. Kamu sepakat pada dirimu sendiri, kamu enggan berubah. Fokus bukan keindahan. Mata memandang ke arah-arah tidak tentu dan cabang berkelok-kelok. Peduli setan ! Begitu selalu katamu.

Penolakan demi penolakan akhirnya menemui jalan buntu. Kamu sekarang mengetahui rasanya sendirian bukan ? Santainya kamu, ketidakfokusanmu, kebingunganmu seolah memakan umurmu. Kamu punya retorika yang seharusnya kamu pertahankan, tapi gagal karena kamu sendiri tidak memiliki argumen yang kuat untuk mempertahankannya. Untuk fokus pun, kamu harus memilih. Untuk memilih, kamu punya tiga prioritas, Untuk ketiga prioritas, kamu berhak melakukan apa saja -bukan berarti sewenang-wenang tanpa batasan seperti yang selalu kamu lakukan-. Untuk berhak melakukan apa saja, kamu perlu menemukan apa arti semua yang akan kamu lakukan itu dan pilah kembali yang sebaiknya digunakan.


Sekarang, apa lagi yang kamu tunggu, hai berandal ?

Uang ?

Cinta ?

Tuhan mengulurkan tangan-Nya ?

Ataukah kamu mau menunggu sampai semuanya berakhir konyol ?
Berakhir dengan kegagalan yang kamu sendiri tahu penyebabnya -tetapi, kamu malah berpura-pura tidak mengetahuinya-.


Hai, berandal ! Sekarang ada tiga fokus di hadapanmu. Prioritas manakah mereka ? Saranku hanya satu...


Fai momenti in momenti di altri !
Make a moment to be moments !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar