Salju sudah menumpuk sekian centimeter tebalnya dan aku berhasil menjadi orang pertama yang tahu salju turun tadi malam...
Ketika itu juga, aku membuka jendela dan memaksa seluruh angin untuk menyegarkan tubuhku yang masih setengah nyawa...
Indahnya pemandangan disini, begitu pikirku kelak.
Angin rupanya bersahabat, mereka menerpa wajahku dengan nuansa dinginnya yang membekukan...
Lain dengan matahari yang cahayanya malu-malu mengendap di balik awan, seperti anak singa bersembunyi di balik induknya...
Mataku mengerjap sejenak...bisa kulihat pemandangan di balik kamarku...
Ribuan pucuk daun semanggi berterbangan seolah-olah ingin berkamuflase bersama turunnya butir-butir salju...
Aku tidak memedulikan darimana asal daun-daun semanggi itu, yang bisa kunikmati hanyalah keindahan mereka seolah menari dengan musik tradisional Jepang di mataku...
"Menarilah indah, dunia...aku hanya penonton gratis di sini.", aku kata demikian.
Ingin rasanya keluar dari dalam kamar dan menyambut tarian dunia itu dan merasakan bulir-bulir daun semanggi menyentuh wajahku dengan sensasi dingin bercampur butir salju...
Namun, aku ragu, telapak kaki ini bisa beradaptasi dengan dinginnya tumpukan salju di luar.
Sedikit-sedikit terdengar gemeratak atap kayu yang bersahutan dengan gemerincing lonceng kecil yang digantung di daun jendela kamar sebelah..
Angin segar terus menerpa wajahku, sekarang menjalar ke bagian atas tubuh,
sensasinya seperti kamu berendam di danau beku Utsukushii...
Hmmm...lagi-lagi aroma udara di musim salju tercium seperti bau kabut bercampur wangi bunga.
Indahnya pagi itu, aku sudah tidak bisa bayangkan lagi...
Semangatku mendadak bulat, berbalik badan dan membelakangi pemandangan indah yang ditampilkan layar jendela...
Saat itulah, seolah angin tidak rela aku mengalihkan kedua mataku dari mereka,
Angin bertiup masuk ke kamar melalui jendela dan lebih banyak mengantarkan daun-daun semanggi yang berterbangan ke seluruh sudut kamarku...
Butir salju menempel pada daun semanggi dan menambah kesan menakjubkan...
sebuah hubungan yang tidak biasa antara salju dan daun semanggi...
Ini sudah lebih dari cukup untuk kupandang...masih banyak pekerjaan yang harus aku lakukan,
kugunakan sebuah tonggak yang menjadi penyangga hidupku, terbuat dari kayu dan dibentuk seolah-olah sebuah kaki...
Setelah kugunakan tonggak itu, aku mengambil langkah seribu untuk memulai kegiatan hari itu...
Namun, akan selalu ada daun semanggi dengan butir-butir salju menempel di kelopaknya yang tertiup angin musim kemana pun aku melangkahkan kaki...bahkan Tokyo pun tidak akan luput di mataku...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar