Menangis, aku menyesal.
Baru kali ini aku merasakan dunia yang penuh keharmonisan. Seorang elf, atau bisa kukatakan seperti peri, duduk berdampingan dengan seorang manusia. Layaknya dunia ini tidak banyak perbedaan, kamu juga melakukan hal yang sama. Nama Elf-mu, Elladan Maia. Aku selalu suka dengan namamu. Meskipun aku tidak tahu arti namamu, setidaknya, aku menyukai nada yang didengungkan ketika menyebutnya.
Pertama kali aku menemukanmu, dalam keadaan yang setengah tergesa-gesa. Kamu seperti mengejar sesuatu yang tampak tidak mungkin terkejar lagi. Kereta. Kamu mengejar sebuah kereta keberangkatan pukul 07.00 pagi. Kamu hampir menabrakku, namun menghindar sekelebat. Kamu menghindariku seolah-olah kamu memiliki kelembutan angin levanter yang membekukan -sangat cepat dan sekejap-. Aku malah menyaksikanmu benar-benar menghindariku dengan tarian indah ala Audrey Hepburn. Mengagumkan. Dan aku takjub. Sekejap, aku seperti merasakan bahwa aku menyaksikan dirimu tersenyum manis. Aku terkesima. Menyaksikan senyuman terindah di duniaku. Sejenak sampai sedetik kemudian, aku tidak sanggup mengalihkan pandanganku dari wajahnya. Dia tidak menoleh, tapi dia tampaknya memperlambat langkahnya. Kereta yang dikejarnya mungkin sudah terlalu jauh dijangkau, aku beranggapan demikian. Hebatnya, dia menoleh ke kiri dan kanan. Tidak ada yang memperhatikannya -tanpa sadar, akulah yang memerhatikannya-. Dia melompat anggun seperti sepotong bulu angsa yang mengayun indah di langit. Dia tampak menyamakan dirinya seperti tidak terbentur daya gravitasi. Konsep Newton tidak berdampak apapun padanya -dan aku setuju sekali begitu melihatnya-. Dan itulah, penemuanku pertama kali terhadap sosokmu, Elladan.
Semenjak itu, aku selalu berada di Stasiun Kereta Kota Penuh Kastil ini pukul 07.00 pagi, berharap terus menemukanmu tidak hanya sekali, tetapi dua, tiga, empat sampai berkali-kali. Aku pun selalu menemukanmu pada saat yang sama dengan penampilan yang berbeda-beda, akan tetapi gaya yang sama. Hari Senin, kamu mengenakan blus berenda warna putih. Hari Selasa, dengan cardigans coklat muda, dipadu jeans panjang. Rabu, kaus lengan panjang dipadu dengan rok yang cukup sopan. Kamis, sweater abu-abu bertuliskan 70'S. Jumat, aku bahkan menyaksikanmu mengenakan pakaian di hari Selasa. Sabtu dan Minggu, tidak jauh berbeda dengan penampilan di hari santai wanita-wanita lainnya. Yang selalu sama dari dirimu hanyalah rambutmu yang selalu tergerai memanjang hingga punggung bawah. Tidak diikat menjadi kuncir buntut kuda, atau digulung hingga terikat ke atas layaknya ikatan Buddha. Yang tidak pernah terlihat dari dirimu, Elladan, hanyalah kedua daun telingamu dan barisan gigimu. Aku tahu dan jelas sekali, kamu memang seorang elf dari Undomiel kawasan Pegunungan Ural. Dan aku tahu dan yakin sekali, kamu sebenarnya tidak ingin jika kamu terlihat sebagai layaknya elf, tetapi lebih manusiawi. Secara status sosialmu, kamu bangsa tertinggi hingga dianggap Quendi. Tapi, kamu melebur dengan manusia-manusia. Status sosial bukan lagi sesuatu yang berharga dan harus dipertahankan dalam kehidupanmu. Kamu memilih untuk tidak eksis bersama duniamu yang sebenarnya.
Tapi, kamu menjatuhkan pilihanmu pada seorang manusia berjenis yang disebut laki-laki. Namanya Agnar Gamaliel. Pria keturunan Anglo Saxon yang membuatmu memikirkan ulang konsep duniamu yang penuh dengan keabadian. Kamu seolah-olah ingin merasakan kematian yang sejujurnya tidak akan pernah kamu temui dalam hidupmu, kecuali kamu menghentikan jantungmu sendiri. Tapi, kamu akan melihat sebuah kematian dalam bentuk yang nyata dari sang manusia, setidaknya kamu bisa menyaksikan bentuk fisik dari kematian itu sendiri. Ayahmu, Eldorand, bahkan pernah menyaksikan kematian. Sakit dan menakutkan, katanya. Namun, kamu berani menghadapi anggapan seseorang yang lebih berpengalaman darimu itu dengan dada membusung menantang.
Aku hanya bisa tersenyum mengetahui segala hal tentangmu. Hal-hal yang sangat sensitif bagi seseorang yang termasuk ke dalam minoritas. Dan aku pun sama denganmu. Aku menemukan Undomiel lainnya di dalam hidupku yang lebih dulu ada di dunia manusia ini. Kamu dan aku seharusnya sama...meskipun aku merasakan perasaan yang berbeda antar sesama. Aku jatuh cinta pada Undomiel lainnya...
Dan namaku,Fingon Veneanar Undomiel. Aku masih seorang elf yang tidak biasa dan hanya terjebak dalam cinta yang bahkan tidak kunjung kuartikan sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar